Selasa, 20 Januari 2015

Sujarno ; Wayang Topeng Jangan Punah

"Sujarno; Dalang dan Pimpinan
Group Wayang Topeng 'Panji Budaya'"
Lelaki kelahiran Desa Purwadadi, Tepus, Gunungkidul tahun 1951 ini tumbuh dalam keluarga petani. Namanya Sujarno, ia mengaku bahwa nama kecilnya adalah Ngatimin. Disela-sela kesibukan bertani, Ngatimin bersama keluarga mendirikan sebuah kelompok Wayang Topeng. 
Wayang Topeng dengan cerita Panji sudah dilakoni oleh Kakek Buyutnya yang bernama Kerta Kasa. 

“Wayang Topeng ini sudah ada sejak Mbah Buyut Kerta Kasa, kalau dihitung ya kira-kira tahun 1800an mulainya” terang Sukatman salah satu pemain Wayang Topeng saat menemani Sujarno dalam sesi pemotretan tokoh Wayang Panji di desa Purwadadi.
Topeng-topeng peninggalan Kerta Kasa sudah tidak ada lagi. Hanya satu topeng yang masih tersisa sejak penampilan Wayang topeng ini dipentaskan pada tahun 1979. Inipun sudah tidak layak pakai. 
"Topeng-topeng buatan Sujarno dan Warga"
Atas inisiatif warga, Sujarno didukung untuk kembali menghidupkan seni wayang Topeng ini pada awal tahun 2014. Maka pada bulan April 2014 Sujarno yang di bantu warga Padukuhan Danggolo dan Luweng Ombo mencari bahan baku pembuatan topeng lagi.
“Sekarang tidak mudah membuat topeng setelah lebih lebih dari 30 tahun Wayang Topeng ini tidak lagi aktif” ujar Sujarno.
Hanya berdasar ingatan yang tentu tidak sempurna, topeng tokoh-tokoh wayang panji dengan judul “Dewi Sekar Taji – Rabine Klono Sewondono” dibuat satu persatu menggunakan bahan baku kayu pohon kemiri. Alat-alat pembuatan topeng yang seadanya tidak menyurutkan keinginan warga untuk membantu Sujarno menghidupkan lagi Wayang Topeng. 
Alhasil 20 topeng tokoh wayang panji mampu dibuatnya. Hingga pada bulan September 2014 Wayang Panji ditampilkan kembali dalam acara Bersih Dusun atau Rasulan.
Awalnya Sujarno tidak percaya diri mengingat para pemain yang sangat kaku dalam latihan. Tetapi melihat antusias warga untuk menyaksikan pementasan perdana setelah lebih dari 30 tahun vakum. Sujarno bersemangat lagi untuk terus berusaha bersama warga membangkitkan seni pertunjukan kuno ini. 

"Ratu Lembu Amijoyo"
Bersama warga bergotong royong membuat perlengkapannya atau aksesorisnya. Kertas karton dibuat sedemikian rupa menjadi Ricikan (aksesoris gelang, kalung, telinga, kumis dll sebagai aksesoris wayang orang). Seperti Sumping, endhok, kalung ulur, badhong, kelat bahu, irah-irahan/mahkota dan lain-lain dibuat dari karton baru maupun bekas. 
“Karena sudah lama sekali tidak aktif, bentuk wajah topeng yang saya buatpun hanya berdasar ingatan saya. Jika ada yang lebih tahu saya tidak keberatan untuk mengubahnya” kata Sujarno ragu atas topeng dan ricikan yang dibuatnya. Tetapi beliau masih yakin 90%, bahwa wajah topeng-topeng yang dibuatnya pasti mirip dengan wajah topeng yang lebih dari 30 tahun lalu dia mainkan bersama warga.

"Penuh Semangat dan Dukungan Dalam Keterbatasan"
Sekarang warga Danggolo dan Luweng Ombo sangat bersemangat untuk menghidupkan kembali kesenian yang pernah menjadi kebanggan warga ini. Walau belum memiliki gamelan sendiri mereka tidak putus asa. Menggunakan perangkat gamelan pinjaman (sewa) dari desa tetangga mereka akan selalu siap ditampilkan sebagai hiburan rakyat.
“Saya itu bodho, tetapi saya sedih ketika saya bercerita kepada anak cucu saya tentang Wayang Topeng ini. Mereka tidak juga paham karena belum pernah melihat secara langsung. Lembu Amijoyo itu seperti apa, Brojonoto itu seperti apa, Raden Klono Sewandono itu seperti apa mereka tidak tahu. Jadi sebenarnya percuma, saya sering dipaksa untuk bercerita oleh anak cucu saya” tuturnya dalam nada pasrah.
“Apalagi sekarang kami tidak punya gamelan, jangankan untuk melatih lagi. Untuk mengenalkan mana itu bonang, mana itu gender, mana itu saron mereka juga tidak tahu. Yang cucu saya tahu itu ya gitar itu” jelas Sujarno sambil menunjuk gitar yang tergantung di dinding bambu milik cucunya.

"Wayang Topeng Panji Budaya"
Sujarno yang didukung oleh semangat keluarga dan warga padukuhan Danggolo dan Luweng Ombo masih berharap bahwa kesenian wayang topeng ini tidak punah. Merekapun menamai Grup Wayang Topeng mereka "Panji Budaya".
   

3 komentar:

  1. ini inspiratif ... semoga kreatifitas pak sujarno bersambut dan seni ini bisa berkembang

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus