Selasa, 28 Januari 2014

Ayo "Tuku" Gunungkidul

"Di Angkringan pinggir jalan"
Dalam diskusi Angkringan bersama KPH. Wironegoro dan atau FKK DIY yang di fasilitasi FKK Gunungkidul, 27 Januari 2014, yang bisa saya simpulkan dari semua dialog dan argumentasi atas banyaknya rencana adalah AYO TUKU GUNUNGKIDUL. "Tuku atau Membeli" yang saya artikan sebagai keinginan untuk memiliki dan lalu “ngopeni” segala sesuatu yang menjadi dasar karakter budaya di dalamnya. Berbagai isu di munculkan untuk mendapatkan semacam "grand design" yang tepat dalam ikut memberi masukan untuk “membeli” Gunungkidul. 

Jumat, 17 Januari 2014

Menyusuri Jejak Dari Mbah Bardi

"Penampilan Mbah Bardi Di Bulan Desember 2013"
Sambil menahan sakit, di Gedung Serba Guna Siyono
Rencana hari ini hampir saja tertunda lagi, setelah menemukan beberapa titik kecil pusaran angin yang lumayan kencang. Memang tidak terlalu mengkhawatirkan, tetapi liukan pepohonan dan berbagai sampah mampu di terbangkan oleh angin itu membuat saya sempat berpikir ulang atas rencana saya. Kali ini saya ingin menemui seorang seniman lawak Gunungkidul. Sebenarnya sudah saya rencanakan beberapa hari yang lalu. Cuaca yang tidak memungkinkan membuat saya menunda untuk beberapa hari. Dan kali ini saya benar-benar niati. Seiring dengan mendekatnya waktu yang telah kami tentukan angin pun berangsur reda.

Selasa, 14 Januari 2014

Menyusuri Jejak Dari Mas Jhony

"Santai Bersama Jhony"
Musim hujan di bulan Januari ini selalu mempercantik dinding langitnya dengan gumpalan-gumpalan awan gelap. Hingga matahari di siang itu Selasa 14 Januari 2014, tidak terasa begitu menyengat. Om Jow atau Omah Jowo menjadi tujuan kami. Setelah beberapa hari sebelumnya saya telah mencoba berjanji untuk menemui lelaki berkulit coklat gelap pemilik Omah Jowo itu.
Mas Jhony atau Jhony Gunawan nama yang saya akrabi. Seniman Kethoprak adalah profesi yang saya tahu, selain menjadi MC pada grup musik Campursari.

Jumat, 10 Januari 2014

ENSIKLOPEDI GUNUNGKIDUL - Dari Mitos Menggapai Etos

"Dari Mitos Menggapai Etos"
“Memaknai dan memahami sesuatu tidak bisa di lakukan hanya dengan melihat apa yang tengah terjadi. Untuk bisa mengerti suatu hal, tidak bisa pula hanya dengan melihat dari satu sisi.
Masyarakat, alam, dengan segala aneka budayanya bukanlah hasil dari sebuah sim salabim. Tetapi terbentuk  dari perjalanan dengan jarak dan rentang waktu yang begitu panjang.”

Demikian beberapa kalimat yang saya penggal dari Kata Pengatar Penulis Buku Ensiklopedia Gunungkidul terbitan Pertama Desember 2013. Yang boleh saya artikan bahwa memang dalam memandang segala hal untuk sebaiknya bijak menyikapi. Sesuatu hal bisa ada karena sebab-sebab yang sebenarnya sangat bisa di logika. Apa, Mengapa dan Bagaimana adalah penelisikan sederhana untuk melihat segala sesuatu itu exis dan di percaya.

Senin, 06 Januari 2014

Koin Tanda Jadi

"ada koin di tangan yang mengepal"
Koin atau recehan sebagai tanda “deal” pada bisnis bernilai puluhan juta, rasanya kog mengada-ada. Secara edukasi bisnis modern pun minimal tanda jadi menggunakan satuan prosentase atas harga yang telah di tetapkan. Tetapi berapapun harga yang telah di sepakati, maka tanda jadi menggunakan uang receh 1000 rupiah atau 2000 rupiah jadi terasa tidak legal. Tetapi ini sungguh
terjadi antara Pihak Pertama atau penjual dengan Broker atau calo yang bersedia menemukan Pembeli atau Pihak Ketiga sesuai harga yang sudah di sepakati.

Minggu, 05 Januari 2014

Bercengkrama di Pembuangan


"dengan begini, lalu nikmat apa yang layak ku ingkari?"
Sore itu Kamis 3 Januari 2014, mendung tipis memoles langit. Keputusan semakin bulat melihat-lihat Tempat Pengolahan Sampah Baleharjo, Wonosari, Gunungkidul, ketika beberapa baris biru langit masih bisa di harapkan untuk menahan hujan.
Kurang lebih 100 meter sebelum lokasi, bau tidak sedap menemui. Keinginan yang kuat untuk mengabadikan aktivitas disana membunuh rasa jijik. Tepuk riuh, sorak sorai lalat menyambut. Semakin riuh ketika 2 kamera ku keluarkan dari tas.
"Nderek Motret mriki gih bu, pak?!"
Sapaan saya buka

Kamis, 02 Januari 2014

Pasarku Terbakar

"kemarin lusa masih kami nikmati
hiruk pikuknya, kini?"
Di saat beberapa tempat sedang merayakan penyambutan tahun baru 2014, pedagang pasar dan warga Semin dan sekitarnya harus bahu membahu berjibaku menyelamatkan dagangan yang masih bisa di selamatkan. Sorak sorai berhias kembang api berbanding terbalik dengan suasana di pasar Semin. Jerit histeris kepanikan di antara kobaran api dan ledakan tabung gas dari dalam pasar mewarnai malam itu.
Photo-photo yang saya persembahkan dalam warna-warni Gunungkidul ini saya ambil sore hari 1 januari 2014, setelah police line terpasang dan lebih di nyatakan aman. Saya di beri ijin untuk mengabadikan beberapa gambar sebagai bentuk keprihatinan akan apa yang terjadi.